Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Hepatitis E: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Myles Bannister

Apa Itu Hepatitis E?

Hepatitis adalah suatu penyakit yang dapat bersifat akut atau kronis. Pada hepatitis akut, seseorang dapat mengalami berbagai gejala, dan dalam kasus yang parah, dapat berkembang menjadi gagal hati. Hepatitis kronis dapat menyebabkan sirosis dan kanker hati selama bertahun-tahun. Tetapi apa itu hepatitis E?

Hepatitis E disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV). Penyakit ini biasanya terjadi pada daerah dengan sanitasi yang buruk, di mana virus hepatitis E terkontaminasi pada sumber air yang digunakan.

Bakteri hepatitis E yang menginfeksi hati dapat menyebabkan pembengkakan pada organ tersebut. Berbeda dengan jenis hepatitis lainnya, hepatitis E bukan penyakit jangka panjang yang menyebabkan kerusakan hati. Namun, hepatitis E dapat berbahaya bagi wanita hamil atau individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, termasuk orang tua atau orang yang sedang sakit.

Penyebab Hepatitis E

Penyebaran hepatitis E hampir mirip dengan hepatitis A. Virus dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Makanan yang dicuci dengan air yang terkontaminasi oleh tinja penderita hepatitis E dapat memicu penyebaran virus dengan cepat dan langsung.

Seseorang juga dapat terinfeksi hepatitis E melalui konsumsi daging yang kurang matang dari hewan yang terinfeksi. Dalam kasus yang jarang terjadi, virus juga dapat ditularkan melalui kerang mentah yang berasal dari air yang tercemar.

Transfusi darah juga dapat menyebabkan penyebaran hepatitis E. Seorang ibu hamil yang terinfeksi juga berisiko menularkan penyakit hepatitis ini pada janinnya. Karena virus dapat dengan mudah menyebar, disarankan agar seseorang tidak mengunjungi lingkungan yang kotor, terutama di wilayah yang pernah mengalami pandemi hepatitis E.

Selain itu, penularan hepatitis E juga bisa terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman, baik melalui anal, vaginal, maupun oral. Oleh karena itu, hubungan seks dengan orang yang berisiko terkena hepatitis E sangat dilarang kecuali menggunakan kondom.

Penyebaran Hepatitis E

Infeksi hepatitis E dapat ditemukan di seluruh dunia. Namun, terdapat dua pola penyebaran yang berbeda. Di daerah dengan permukiman yang miskin dan sumber air terkontaminasi, hepatitis E dapat terjadi sebagai wabah atau kasus sporadis. Biasanya, hal ini terjadi di negara dengan akses terbatas ke air bersih, sanitasi, kebersihan, dan layanan kesehatan.

Sementara itu, di daerah dengan sanitasi dan persediaan air minum yang lebih baik, hepatitis E jarang terjadi dan hanya muncul sebagai kasus sporadis sesekali. Biasanya, kasus-kasus ini disebabkan oleh infeksi virus dari hewan, terutama melalui konsumsi daging hewan yang kurang matang, dan tidak terkait dengan kontaminasi air atau makanan lainnya.

Gejala Hepatitis E

Masa inkubasi hepatitis E, yaitu masa antara terpapar virus hingga munculnya gejala, berkisar antara 2 hingga 10 minggu, dengan rata-rata 5-6 minggu. Gejala hepatitis E paling sering terjadi pada orang dewasa muda berusia 15-40 tahun yang tinggal di daerah dengan tingkat endemis yang tinggi. Meskipun anak-anak juga dapat terinfeksi, seringkali gejala hepatitis E pada mereka tidak tampak atau hanya menimbulkan penyakit ringan tanpa ikterus yang tidak terdiagnosis.

Secara umum, gejala hepatitis E meliputi:

  • Kunjingkulit dan mata yang kuning (jaundice).
  • Urine yang berwarna gelap dan pekat.
  • Kehilangan nafsu makan dan berat badan yang signifikan.
  • Nyeri pada persendian.
  • Pembengkakan hati yang abnormal, menekan perut.
  • Nyeri perut bagian bawah.
  • Mual dan muntah yang terjadi setiap hari.
  • Merasa lelah yang berlebihan meskipun tidak beraktivitas berat.
  • Kotoran berwarna terang.

Gejala-gejala di atas seringkali sulit dibedakan dengan penyakit hati lainnya dan berlangsung antara 1-6 minggu. Dalam kasus yang jarang, hepatitis E akut dapat mengakibatkan gagal hati akut. Risiko gagal hati akut ini biasanya meningkat pada wanita hamil, terutama pada trimester kedua atau ketiga. Risiko gagal hati akut pada wanita hamil dapat menyebabkan kehilangan janin dan kematian. Tingkat kematian kasus ini mencapai 20-25% pada wanita hamil pada trimester ketiga.

Kasus infeksi hepatitis E kronis juga telah dilaporkan pada individu dengan sistem kekebalan yang terganggu, terutama penerima transplantasi organ yang menggunakan obat imunosupresan, dengan infeksi virus genotipe 3 atau 4 HEV.

Diagnosis Hepatitis E

Dokter akan menanyakan riwayat kesehatan dan gejala yang dialami. Tes darah dan tes feses digunakan untuk mendiagnosis hepatitis E, terutama di daerah di mana penyakit ini jarang terjadi dan dalam kasus infeksi hepatitis E kronis.

Pengobatan Hepatitis E

Pengobatan hepatitis E melibatkan penggunaan obat-obatan resep dokter untuk mengurangi jumlah virus dalam darah hingga 30%. Terapi dengan ribavirin selama minimal 3 bulan juga dapat diberikan kepada pasien. Dalam beberapa situasi tertentu, penggunaan interferon juga telah terbukti efektif.

Meskipun demikian, tidak ada pengobatan khusus yang dapat mengubah perjalanan hepatitis E akut. Karena penyakit ini biasanya sembuh dengan sendirinya, rawat inap umumnya tidak diperlukan. Namun, rawat inap dapat menjadi pilihan untuk penderita gagal hati akut atau wanita hamil yang mengalami gejala hepatitis E.

Jika kerusakan hati sudah parah dan tidak dapat diselamatkan, transplantasi hati menjadi satu-satunya pilihan. Namun, mencari donor hati tidaklah mudah dan biayanya pun sangat tinggi.

Secara umum, hepatitis E akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu sekitar 4-6 minggu. Selama masa ini, beberapa langkah dapat dilakukan untuk meringankan gejala, antara lain:

  • Istirahat yang cukup.
  • Mengonsumsi makanan yang sehat.
  • Mengonsumsi cukup cairan.
  • Menghindari konsumsi minuman beralkohol.

Pencegahan Hepatitis E

Sejauh ini, belum ada vaksin yang dapat mencegah infeksi virus hepatitis E. Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan dapat dilakukan agar virus tidak masuk ke dalam tubuh, antara lain:

  • Masak makanan hingga matang.
  • Gunakan sabun saat mencuci tangan.
  • Hindari mengonsumsi es yang terbuat dari air yang tidak bersih.
  • Menghindari kontak fisik dengan penderita hepatitis E.
  • Menghindari daerah yang pernah mengalami pandemi hepatitis E.
  • Melakukan hubungan seks dengan aman.

About The Author

Barotrauma: Gejala, Penyebab, Cara Mengobati, Pencegahan, dll

Berapa Lama Bisa Hamil Lagi Setelah Melahirkan? Ini Dia Jawabannya