Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Gara-Gara Junk Food, Kasus Penyakit Jantung Semakin Meningkat

Myles Bannister

Kasus Penyakit Jantung Terkait dengan Konsumsi Junk Food

Ada banyak jenis makanan cepat saji yang dapat ditemukan di berbagai tempat. Burger, kentang goreng, ayam goreng tepung, pizza, hot dog, dan lainnya menghadirkan sensasi rasa yang enak. Namun, sering mengonsumsinya dapat berdampak buruk pada kesehatan.

Data yang dikeluarkan oleh Roy Morgan menunjukkan bahwa sekitar 25 persen populasi orang Australia mengonsumsi makanan cepat saji setidaknya satu kali setiap minggu. Sementara itu, di Inggris, sekitar 20 persen orang dewasa dan anak-anak mengonsumsi makanan cepat saji minimal sekali dalam seminggu menurut data dari Public Health England.

Penelitian di University of Newcastle yang dipublikasikan dalam pertemuan tahunan yang melibatkan Cardiac Society of Australia and New Zealand membuktikan bahwa meningkatnya konsumsi makanan cepat saji berkontribusi dalam meningkatnya kasus penyakit jantung.

Dalam penelitian ini, 3 ribu pasien serangan jantung yang dirawat di New South Wales Hospital pada 2011 hingga 2013 dianalisis. Selain kondisi kesehatan, penelitian juga memeriksa kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji dan jumlah restoran makanan cepat saji di sekitar tempat tinggal pasien.

Hasilnya menunjukkan bahwa semakin banyak restoran makanan cepat saji di suatu wilayah, semakin tinggi kasus kematian akibat serangan jantung di wilayah tersebut.

Penulis penelitian ini, Tarunpreet Saluja, menyebutkan bahwa makanan cepat saji memiliki kandungan lemak jenuh dan garam yang tinggi. Hal ini meningkatkan risiko terkena penyakit jantung seperti hipertensi, kolesterol tinggi, dan aterosklerosis. Oleh karena itu, disarankan untuk menurunkan atau menghindari konsumsi makanan cepat saji demi mencegah penyakit jantung.

Dampak Kesehatan Lain dari Hobi Makan Junk Food

Selain risiko terkena penyakit jantung, terlalu sering mengonsumsi junk food juga memiliki dampak lain pada kesehatan.

Berikut adalah beberapa dampak tersebut.

Memicu Masalah Fungsi Memori

Konsumsi junk food selama lima hari berturut-turut meningkatkan risiko mengalami gangguan memori. Hal ini disebabkan oleh kandungan makanan tersebut yang dapat memicu reaksi kimia di dalam otak dan melemahkan fungsinya.

Sulit Mengendalikan Nafsu Makan

Junk food dapat mengacaukan fungsi otak yang mengendalikan nafsu makan. Hal ini membuat kita cenderung merasa lapar dan terus ingin mengunyah meskipun sebenarnya tidak lapar. Dampak ini meningkatkan risiko terjadinya obesitas.

Meningkatkan Risiko Terkena Demensia

Konsumsi makanan berlemak dan tinggi kalori seperti junk food secara berlebihan dapat menyebabkan ketidakseimbangan komposisi kimia di dalam otak, yang meningkatkan risiko terkena demensia.

Bisa Menyebabkan Depresi

Kandungan lemak jenuh yang tinggi dalam junk food dapat membuat kita lebih rentan terhadap stres dan depresi.

Memicu Gangguan Pencernaan

Sering mengonsumsi junk food dapat meningkatkan risiko gangguan asam lambung dan iritasi pada usus. Kandungan lemak yang tinggi juga meningkatkan risiko sembelit.

Sumber:

  1. Anonim. 2019. Fast Food availability linked with more heart attacks. www.escardio.org/The-ESC/Press-Office/Press-releases/Fast-Food-availability-linked-with-more-heart-attacks (Diakses pada 5 Desember 2019).

About The Author

Penyebab dan Cara Mengobati Gendang Telinga Pecah

Hepatitis: Pengertian, Penyebab, Gejala, & Pengobatan