Spasmofilia adalah kondisi yang sering kali salah dianggap sebagai serangan jantung. Padahal, sebenarnya kedua kondisi ini sangat berbeda. Pelajari lebih lanjut mengenai masalah medis ini, termasuk gejalanya, penyebabnya, serta diagnosa dan pengobatannya.
Apa Itu Spasmofilia?
Spasmofilia (spasmophilia) terjadi ketika saraf motorik overaktif dan lebih sensitif terhadap rangsangan mekanik dan elektrik. Ini seringkali merupakan kelanjutan dari serangan panik dan penyebabnya sering kali tidak diketahui.
Banyak orang keliru mengira bahwa spasmofilia adalah tanda serangan jantung. Padahal, kedua kondisi ini berbeda. Serangan jantung adalah keadaan darurat yang mengancam nyawa, sedangkan spasmofilia umumnya terjadi pada usia produktif antara 14 dan 35 tahun.
Ciri dan Gejala Spasmofilia
Ciri dan gejala spasmofilia terdiri dari gejala fisik dan psikis. Berikut ini penjelasannya:
1. Ciri dan Gejala Fisik
Spasmofilia bisa menyebabkan sejumlah gejala fisik tergantung pada area atau organ tubuh yang terkena saraf motorik.
- Otot perut: nyeri ulu hati, mual, muntah, penurunan nafsu makan.
- Otot leher: sakit kepala, nyeri leher, kejang, kaku, berkeringat, depresi, dan cemas.
- Area dada: nyeri dada sebelah kiri, peningkatan detak jantung, sesak napas, keringat dingin, hiperventilasi.
Spasmofilia juga dapat menyebabkan kedutan dan kekakuan pada tangan, kaki, dan punggung.
2. Ciri dan Gejala Psikis
Penderita spasmofilia juga bisa mengalami gejala psikis berikut:
- Serangan panik
- Gangguan kecemasan
- Depresi
Gejala-gejala ini dapat meningkatkan rasa takut yang berlebihan dan mengganggu aktivitas sehari-hari, termasuk tidur.
Kapan Harus Periksa ke Dokter?
Jika Anda mengalami serangan panik atau kecemasan berkepanjangan disertai gejala fisik seperti yang telah disebutkan sebelumnya, segera periksakan diri ke dokter. Meskipun spasmofilia bukan kondisi yang berbahaya seperti serangan jantung, penanganan medis tetap diperlukan untuk mengatasi gangguan ini.
Penyebab Spasmofilia
Penyebab spasmofilia belum diketahui secara pasti. Serangan panik adalah kondisi normal yang dapat terjadi dalam situasi tertentu, tetapi pada kasus spasmofilia, serangan panik dapat terjadi bahkan dalam situasi normal.
Para ahli menduga bahwa ada beberapa faktor yang berhubungan dengan spasmofilia, antara lain:
- Gangguan saraf akibat ketidakseimbangan elektrolit tubuh
- Stres yang berat
- Kepekaan yang tinggi terhadap emosi negatif
- Perubahan fungsi otak
Keturunan juga diduga memainkan peran dalam memicu spasmofilia. Jika ada anggota keluarga yang menderita spasmofilia, kemungkinan Anda juga akan mengalaminya. Namun, ini hanya asumsi dan memerlukan penelitian lebih lanjut.
Diagnosis Spasmofilia
Ada beberapa jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis spasmofilia:
1. Anamnesis
Dokter akan menanyakan keluhan yang Anda alami, termasuk gejala, lamanya gejala, frekuensi serangan, dan riwayat keluarga yang sama.
2. Tes Darah
Dokter akan melakukan tes darah untuk menganalisis kadar magnesium dan kalsium dalam tubuh. Kadar yang ideal adalah:
3. Trousseau’s Sign
Trousseau’s sign adalah tes yang dilakukan untuk menganalisis tekanan darah selama beberapa menit. Dokter akan menginduksi iskemia pada lengan selama pemantauan berlangsung.
4. Chovstek’s Sign
Chovstek’s sign dilakukan dengan menyentuh pipi secara lembut. Jika terjadi kontraksi pada otot wajah, maka ini menunjukkan adanya spasmofilia.
Dokter juga mungkin akan memukul area di sekitar telinga untuk menguji apakah terjadi kontraksi pada otot wajah. Jika iya, ini menandakan adanya kelainan pada saraf motorik yang mengakibatkan spasmofilia.
5. Pemeriksaan Penunjang
Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan penunjang, seperti elektromiografi (EMG), untuk mendukung diagnosis. EMG adalah metode pemeriksaan yang digunakan untuk memeriksa kesehatan dan fungsi otot serta saraf yang mengendalikannya. Hasil EMG dapat membagi spasmofilia menjadi 4 tingkat keparahan.
Pengobatan Spasmofilia
Setelah didiagnosis mengidap spasmofilia, pasien akan menjalani terapi. Biasanya dokter akan meresepkan suplemen magnesium dan kalsium serta obat penenang untuk meredakan gejala.
Di samping itu, pasien disarankan untuk mengonsumsi makanan yang kaya magnesium dan kalsium, seperti pepaya, bayam, brokoli, alpukat, nasi merah, labu, tomat, buah bit, asparagus, dan kacang hitam.
Komplikasi Spasmofilia
Jika tidak ditangani dengan baik, spasmofilia dapat menyebabkan komplikasi seperti epilepsi, asma, penyakit paru-paru obstruktif (PPOK), radang sendi, gangguan detak jantung, stroke, migrain, tumor serebral, multiple sclerosis, dan kanker.
- Anonim. Spasmophilia: Causes, Symptoms, Treatment And How To Manage Panic Attacks. https://www.gentside.co.uk/health/spasmophilia-causes-symptoms-treatment-and-how-to-manage-panic-attacks_art3376.html (diakses pada 26 November 2020)
- Hedayat, K et al. 2019. Spasmophilia. https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-dentistry/spasmophilia (diakses pada 26 November 2020)
- Schuitemaker, G. E. 1988. Spasmophilia. http://orthomolecular.org/library/jom/1988/pdf/1988-v03n03-p145.pdf (diakses pada 26 November 2020)