Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Skistosomiasis: Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahan, dan Lainnya

Myles Bannister

Skistosomiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing parasit. Juga dikenal sebagai Bilharzia atau demam Katayama, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi ringan hingga kematian. Simak informasi selengkapnya tentang definisi, gejala, penyebab, pengobatan, dan lainnya di bawah ini.

Apa Itu Skistosomiasis?

Schistosomiasis atau skistosomiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing parasit.

Orang dapat terinfeksi cacing parasit ini jika kulit bersentuhan dengan air tawar yang terkontaminasi, seperti danau dan sungai. Infeksi pada manusia biasanya disebabkan oleh cacing parasit Schistosoma (S) mansoni, S. haematobium, atau S. japonicum.

Gejala awal biasanya tidak muncul saat pertama kali terinfeksi, tetapi parasit dapat hidup dalam tubuh dan menyebabkan kerusakan pada organ-organ seperti kandung kemih, ginjal, dan hati.

Tanda dan Gejala Skistosomiasis

Gejala skistosomiasis biasanya muncul setelah satu hingga dua bulan terinfeksi.

Gejala awalnya meliputi demam, menggigil, batuk, dan nyeri otot. Namun, tidak semua orang menunjukkan gejala pada tahap awal infeksi.

Beberapa gejala skistosomiasis antara lain:

  • Demam.
  • Sakit perut di area hati atau limpa.
  • Sakit kepala.
  • Batuk.
  • Diare atau buang air besar berdarah.
  • Ruam pada kulit.
  • Merasa tidak enak badan.
  • Pegal-pegal.

Penderita skistosomiasis kronis dapat mengalami gejala yang berkembang selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah terinfeksi. Gejala yang terkait dengan skistosomiasis kronis antara lain:

  • Sakit perut.
  • Pembengkakan perut.
  • Darah dalam urine dan nyeri saat buang air kecil.
  • Diare atau buang air besar berdarah.
  • Sesak napas dan batuk.
  • Badan terasa lemah.
  • Nyeri dada dan palpitasi.
  • Status mental berubah.
  • Lesi pada vulva atau area perianal.
  • Kejang.
  • Kelumpuhan.

Kapan Harus ke Dokter?

Kunjungi dokter jika Anda mengembangkan gejala di atas dan pernah bepergian ke daerah yang terkenal dengan skistosomiasis, atau jika Anda khawatir telah terpapar parasit saat bepergian.

Beri tahu dokter tentang riwayat perjalanan Anda dan apakah Anda merasa telah terpapar air yang terkontaminasi.

Jika dokter mencurigai skistosomiasis, Anda mungkin akan dirujuk ke spesialis penyakit tropis. Diagnosis umumnya dilakukan dengan menemukan telur cacing dalam sampel urine atau tinja, atau melalui tes darah.

Penyebab Skistosomiasis

Cacing parasit Schistosoma adalah penyebab umum skistosomiasis. Cacing ini dapat hidup dalam tubuh manusia dan berkembang biak di dalam air tawar.

Infeksi dapat terjadi jika seseorang bersentuhan dengan air yang terkontaminasi cacing parasit. Air tawar yang terkontaminasi dapat berasal dari sungai, danau, kolam, waduk, atau kanal.

Penyakit ini juga dapat menyebar melalui telur cacing yang ada di urine atau tinja orang yang terinfeksi.

Faktor Risiko Skistosomiasis

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko terkena skistosomiasis antara lain:

  • Tinggal atau bepergian ke daerah dengan wabah skistosomiasis, terutama daerah beriklim tropis atau subtropis.
  • Bersentuhan, berenang, atau mandi di air tawar yang terkontaminasi.
  • Sanitasi yang buruk.
  • Anak-anak usia sekolah lebih rentan karena berenang atau mandi di air yang mengandung cacing parasit.
  • Kekebalan tubuh yang lemah.

Diagnosis Skistosomiasis

Jika Anda mengalami gejala atau dicurigai terpapar air yang terkontaminasi cacing parasit, sebaiknya periksakan diri ke dokter. Dokter akan mengajukan pertanyaan tentang faktor penularan dan melakukan pemeriksaan

Pemeriksaan tinja atau urine dapat menentukan apakah ada telur cacing dalam tubuh. Dokter mungkin juga akan merekomendasikan tes darah.

Jika memiliki gejala usus, pemeriksaan serat optik mungkin diperlukan. Pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan biopsi di rektum atau kandung kemih.

Pemeriksaan sebaiknya dilakukan 3 bulan setelah kembali ke rumah, meskipun tidak mengalami gejala, karena gejala skistosomiasis tidak selalu segera muncul.

Pengobatan Skistosomiasis

Pengobatan dapat membantu mengurangi dampak infeksi cacing parasit. Pengobatan dengan praziquantel biasanya efektif jika cacingnya belum menyebabkan kerusakan organ yang parah.

Praziquantel dapat digunakan untuk mengobati infeksi, tetapi tidak mencegah infeksi berulang. Jika tinggal di daerah berisiko tinggi, terapi praziquantel mungkin direkomendasikan setiap tahun dalam beberapa tahun.

Belum ada vaksin untuk skistosomiasis, tetapi penelitian sedang dilakukan untuk mengembangkan vaksin yang dapat menghentikan siklus hidup parasit pada manusia.

Komplikasi

Skistosomiasis dapat menyebabkan komplikasi pada organ-organ dalam tubuh, terutama jika terjadi infeksi berat dan penyebaran parasit ke organ-organ tersebut.

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi antara lain:

  • Tekanan darah tinggi (hipertensi).
  • Kejang.
  • Infeksi bakteri.
  • Gizi buruk.
  • Penyumbatan saluran kemih.
  • Sepsis.
  • Hipertensi pulmonal.
  • Kerusakan organ-organ dalam tubuh seperti hati, ginjal, dan jantung.
  • Anemia berat.
  • Infertilitas.
  • Kelumpuhan.
  • Kematian.

Pencegahan Skistosomiasis

Karena belum ada vaksin untuk penyakit ini, mencegah kontak dengan air yang terkontaminasi adalah langkah pencegahan utama. Informasikan diri Anda tentang wilayah yang mungkin terinfeksi skistosomiasis saat bepergian.

Jika berkunjung ke daerah yang berisiko, langkah-langkah pencegahan berikut dapat dilakukan:

  • Hindari berenang atau mencuci di air tawar yang terkontaminasi.
  • Hati-hati dengan makanan yang dicuci dengan air yang terkontaminasi.
  • Minum air bersih atau rebus air terlebih dahulu.
  • Gunakan air panas untuk mandi atau panaskan air selama 5 menit dengan suhu 65C.
  • Hindari obat lokal yang mengklaim dapat mengobati atau mencegah skistosomiasis.
  • Jangan mengandalkan jaminan dari hotel, pemandu wisata, atau pihak lain tentang keamanan perairan tertentu.

Referensi:

  1. Anonim. 2020. About Schistosomiasis. https://www.cdc.gov/parasites/schistosomiasis/gen_info/faqs.html. (Diakses pada 14 September 2020)
  2. Anonim. 2018. Schistosomiasis (bilharzia). https://www.nhs.uk/conditions/schistosomiasis/
  3. Anonim. Tanpa Tahun. Schistosomiasis. https://www.webmd.com/a-to-z-guides/schistosomiasis#1. (Diakses pada 14 September 2020)
  4. Brazier, Yvette. 2018. What is bilharzia, snail fever, or schistosomiasis?. https://www.medicalnewstoday.com/articles/173081#diagnosis. (Diakses pada 14 September 2020)
  5. Davis, Charles P. 2020. Schistosomiasis. https://www.medicinenet.com/schistosomiasis/article.htm. (Diakses pada 14 September 2020)

About The Author

Bedak Translucent: Penggunaan dan Manfaatnya

Norovirus: Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahan, dll