Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Sindrom Sarang Kosong: Gejala, Penyebab, Cara Mengatasi, dan Pencegahan

Myles Bannister

Sindrom sarang kosong, juga dikenal sebagai empty nest syndrome, adalah perasaan sedih dan kehilangan yang dialami oleh orang tua ketika anak-anaknya meninggalkan rumah. Apakah sindrom ini berbahaya bagi orang tua? Mari kita simak penjelasannya di bawah ini!

Apa itu Sindrom Sarang Kosong?

Sindrom sarang kosong terjadi ketika orang tua merasakan perasaan sedih, cemas, dan kehilangan setelah anak terakhirnya dewasa dan meninggalkan rumah. Perasaan ini tidak termasuk dalam kondisi medis.

Berdasarkan penelitian, sindrom sarang kosong dapat berkontribusi pada masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, atau perilaku negatif seperti mengambil risiko finansial atau penyalahgunaan obat terlarang.

Gejala Sindrom Sarang Kosong

Gejala dari sindrom sarang kosong biasanya terjadi ketika orang tua merasa kebingungan atau tidak tahu apa yang harus dilakukan setelah anak terakhir meninggalkan rumah. Hal ini merupakan perasaan yang wajar dalam menghadapi sindrom sarang kosong.

Berikut ini adalah gejala yang umum terjadi pada sindrom sarang kosong:

  • Kehilangan
  • Kesedihan
  • Depresi
  • Kesendirian
  • Kesulitan
  • Ketakutan
  • Kekhawatiran atau kecemasan tentang keselamatan anak
  • Meningkatnya ketegangan dalam pernikahan
  • Kehilangan tujuan dan arti dalam hidup

Kapan Harus Mencari Bantuan?

Jika Anda termasuk dalam kelompok yang berisiko tinggi terkena sindrom sarang kosong, sebaiknya cari bantuan dari ahli kesehatan mental jika mengalami gejala depresi yang berlangsung lebih dari dua minggu.

Gejala depresi tersebut meliputi:

  • Tidur terlalu banyak atau tidak cukup
  • Perasaan sedih
  • Kehilangan minat pada kegiatan yang sebelumnya dinikmati
  • Kelelahan atau kekurangan energi
  • Merasa bersalah atau tidak berharga
  • Kesulitan berkonsentrasi atau membuat keputusan
  • Berpikir tentang kematian atau bunuh diri

Penyebab Sindrom Sarang Kosong

Adalah wajar bagi anak-anak untuk meninggalkan rumah orang tua ketika mereka mencapai tingkat perkembangan tertentu. Sindrom sarang kosong biasanya tidak seburuk yang orang tua bayangkan, asalkan orang tua dan anak memiliki hubungan yang stabil dan sehat.

Namun, jika orang tua dan anak memiliki hubungan yang konflik, permusuhan, atau bermasalah, baik orang tua maupun anak dapat mengalami gejolak emosional setelah kepergian anak dari rumah.

Hubungan yang baik antara orang tua dan anak memberikan kesempatan bagi keduanya untuk berinteraksi secara positif, yang penting bagi perkembangan anak dan kesejahteraan orang tua saat menua.

Faktor Risiko Sindrom Sarang Kosong

Beberapa orang memiliki risiko lebih tinggi mengalami sindrom sarang kosong, yaitu:

  • Ibu
  • Orang tua tunggal
  • Orang tua dari anak tunggal
  • Orang yang dalam pernikahan yang tidak bahagia
  • Orang tua yang khawatir tentang keselamatan anak-anaknya
  • Orang tua yang kurang mendapatkan dukungan sosial
  • Orang tua yang lebih muda

Dampak Sindrom Sarang Kosong

Studi sebelumnya menunjukkan bahwa orang tua yang mengalami sindrom sarang kosong akan merasakan kehilangan yang mendalam. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko depresi, alkoholisme, krisis identitas, dan konflik dalam pernikahan.

Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa sindrom sarang kosong juga dapat mengurangi konflik antara pekerjaan dan keluarga serta memberikan manfaat lain bagi orang tua.

Dengan meninggalkan rumahnya, orang tua memiliki kesempatan baru untuk memperkuat hubungan mereka, meningkatkan kualitas pernikahan, dan mengejar minat yang sebelumnya tidak sempat dilakukan.

Cara Mengatasi Sindrom Sarang Kosong

Jika Anda mengalami perasaan kehilangan dan gejala lain akibat sindrom sarang kosong, ada beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk mengatasinya:

1. Menjaga Komunikasi dengan Anak

Orang tua dapat tetap dekat dengan anak-anak mereka meskipun mereka tinggal terpisah. Upayakan untuk tetap berhubungan secara rutin melalui kunjungan, telepon, email, pesan teks, atau video call.

2. Terima Saja Waktunya

Jangan membandingkan jadwal Anda dengan pengalaman atau harapan Anda. Fokuslah pada cara Anda dapat membantu anak Anda sukses ketika meninggalkan rumah.

3. Cari Dukungan

Bagikan perasaan Anda dengan orang-orang terdekat dan teman-teman yang juga baru mengalami anak meninggalkan rumah. Jika Anda merasa sangat tertekan, konsultasikan dengan dokter atau ahli kesehatan mental.

4. Lakukan Olahraga Secara Teratur

Berolahraga secara teratur dapat meningkatkan semangat dan kualitas hidup Anda. Penelitian menunjukkan bahwa berolahraga dapat membantu orang dewasa melaksanakan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik seiring bertambahnya usia.

5. Tertawa Lebih Banyak

Mencari kesempatan untuk tertawa bersama orang lain, seperti menceritakan cerita lucu atau menonton film komedi bersama, dapat membantu mengatasi sedihnya orang tua yang berpisah dengan anaknya. Tertawa bisa meningkatkan semangat dan memiliki manfaat kesehatan.

6. Jaga Kesehatan Diri

Meskipun anak pergi, jangan lupakan diri Anda sendiri. Merawat diri adalah penting untuk kesehatan Anda. Gunakan kesempatan ini untuk merawat diri sendiri, termasuk makan dengan teratur dan membuat waktu untuk diri sendiri.

Apapun yang Anda lakukan untuk memulihkan pikiran, tubuh, dan jiwa, bisa menjadi wadah kosong yang memberikan waktu untuk perawatan diri.

Apakah Sindrom Sarang Kosong Bisa Dicegah?

Jika anak terakhir Anda akan meninggalkan rumah, sebaiknya Anda sudah merencanakannya terlebih dahulu. Cari peluang baru dalam kehidupan pribadi dan profesional Anda.

Pastikan untuk tetap sibuk dan menghadapi tantangan baru di tempat kerja atau di rumah untuk mengurangi rasa kehilangan yang mungkin Anda rasakan setelah anak pergi.

Referensi

  1. Anonim. 2019. Empty Nest Syndrome. https://www.psychologytoday.com/us/conditions/empty-nest-syndrome#symptoms. (Diakses pada 4 Februari 2022)
  2. Anonim. 2021. How to Manage Empty Nest Syndrome. https://www.webmd.com/parenting/how-to-manage-empty-nest-syndrome. (Diakses pada 4 Februari 2022)
  3. Lamoreux, Karen. 2021. Empty Nest Syndrome. https://psychcentral.com/health/empty-nest-syndrome. (Diakses pada 4 Februari 2022)
  4. Anonim. 2020. Empty nest syndrome. https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/adult-health/in-depth/empty-nest-syndrome/. (Diakses pada 4 Februari 2022)

About The Author

Betaserc – Manfaat, Dosis, dan Efek Samping

Perhatikan Tumor Jinak Prostat