Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Minyak yang Diserap oleh Gorengan

Myles Bannister

Seberapa Banyak Minyak yang Diserap Gorengan?

Gorengan menggunakan tepung sebagai salah satu bahannya. Namun, masalahnya adalah tepung cenderung menyerap banyak minyak, terutama jika digoreng dengan cara deep fried atau menggunakan banyak minyak.

Minyak yang dipanaskan pada suhu tinggi ini menyebabkan gorengan menyerap banyak minyak, sehingga mengandung lemak jahat yang dapat menyebabkan penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, stroke, diabetes, gagal jantung, aterosklerosis, dan lain-lain. Penyakit-penyakit ini dapat berakibat fatal.

Menurut pakar kesehatan, gorengan biasanya mengandung sekitar 8 hingga 25 persen dari berat totalnya dalam bentuk minyak. Jumlah minyak ini tergantung pada jenis, bentuk, dan waktu serta suhu penggorengan.

Kadar Kalori Tinggi pada Gorengan

Gorengan memiliki kadar kalori yang sangat tinggi. Sebagai contoh, satu gorengan mengandung sekitar 250 hingga 400 kalori. Ini setara dengan 2 atau 3 porsi nasi. Konsumsi gorengan dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan peningkatan berat badan yang signifikan.

Faktor Penyebab Tingginya Kandungan Minyak dalam Gorengan

Kandungan minyak dalam gorengan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jenis bahan dan teknik pengolahan.

Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan kandungan minyak dalam gorengan tinggi:

1. Kadar air pada bahan gorengan

Penelitian menunjukkan bahwa kadar air dalam bahan makanan berhubungan dengan besarnya kandungan minyak dalam makanan yang digoreng. Jika kadar air dalam gorengan tinggi, maka air tersebut akan digantikan oleh minyak saat digoreng. Ini menyebabkan kandungan minyak dalam gorengan menjadi tinggi dan gorengan terasa lebih berminyak.

2. Kepadatan gorengan

Kandungan air dalam gorengan tergantung pada kepadatan, luas permukaan, bentuk, dan struktur gorengan. Misalnya, gorengan dengan banyak pori-pori akan lebih banyak menyerap minyak saat digoreng. Gorengan dengan bentuk tebal juga cenderung memiliki kandungan minyak lebih banyak.

3. Lamanya proses penggorengan

Penelitian menunjukkan bahwa menggoreng makanan dengan suhu yang rendah akan meningkatkan penyerapan minyak dalam gorengan. Penggunaan api yang tidak terlalu besar dan waktu penggorengan yang lama akan membuat jumlah minyak yang diserap lebih banyak. Sebaliknya, menggunakan suhu tinggi dalam penggorengan dapat mengurangi penyerapan minyak.

Meskipun kita berusaha untuk membatasi penyerapan minyak dalam gorengan saat mengolahnya, gorengan tetap mengandung minyak dan lemak yang tinggi. Oleh karena itu, sebaiknya kita menghindari mengonsumsinya dalam jumlah besar atau terlalu sering untuk menjaga kesehatan.

Gorengan dan Risiko Penyakit

Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi gorengan dan risiko penyakit kronis. Konsumsi makanan yang digoreng secara berlebihan berisiko terkena diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan obesitas.

1. Penyakit jantung

Makan makanan yang digoreng dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, kadar kolesterol HDL rendah, dan obesitas, yang semuanya merupakan faktor risiko penyakit jantung.

Studi telah menemukan hubungan antara konsumsi ikan goreng dan risiko gagal jantung. Wanita yang makan satu atau lebih porsi ikan goreng per minggu memiliki risiko gagal jantung 48% lebih tinggi dibandingkan yang mengonsumsinya 1-3 porsi per bulan.

Sementara itu, makan ikan bakar atau panggang memiliki risiko yang lebih rendah. Diet tinggi makanan gorengan berisiko memiliki risiko serangan jantung yang lebih tinggi.

Mengonsumsi banyak buah-buahan dan sayuran dapat mengurangi risiko penyakit jantung.

2. Diabetes

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa makan makanan yang digoreng meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Risiko ini terkait dengan kandungan minyak dalam gorengan.

Orang yang makan makanan cepat saji lebih dari dua kali seminggu dua kali lebih mungkin mengembangkan resistensi insulin. Penelitian menunjukkan hubungan yang kuat antara konsumsi makanan gorengan dan risiko diabetes tipe 2. Makan 4-6 porsi gorengan per minggu meningkatkan risiko diabetes tipe 2 sebesar 39% dibandingkan hanya mengonsumsi 1 porsi per minggu.

3. Obesitas

Minyak dalam gorengan mengandung lebih banyak kalori dibandingkan makanan yang tidak digoreng, sehingga dapat menyebabkan peningkatan berat badan. Lemak trans dalam makanan gorengan berperan dalam peningkatan berat badan karena dapat memengaruhi hormon yang mengatur nafsu makan dan penyimpanan lemak.

Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi lemak trans juga terkait dengan penambahan lemak di perut. Penelitian pada wanita menunjukkan peningkatan asupan lemak trans sebesar 1% menyebabkan peningkatan berat badan sebesar 1,2 pon (0,54 kg) pada wanita dengan berat badan normal.

Konsumsi makanan gorengan juga telah terkait dengan obesitas pada beberapa penelitian observasional.

Alternatif Memasak Lebih Sehat

Jika Anda ingin menikmati makanan yang digoreng, pertimbangkan untuk memasaknya di rumah dengan menggunakan minyak yang lebih sehat atau metode penggorengan alternatif.

1. Minyak yang sehat

Jenis minyak yang digunakan dalam penggorengan mempengaruhi risiko kesehatan yang terkait dengan makanan yang digoreng. Beberapa minyak lebih tahan terhadap panas dan lebih aman digunakan.

Minyak kelapa, minyak zaitun, dan minyak alpukat termasuk dalam kategori minyak yang sehat untuk digunakan dalam penggorengan.

2. Alternatif penggorengan tradisional

Anda juga dapat mencoba metode penggorengan alternatif agar minyak yang digunakan lebih sedikit, seperti menggunakan oven atau penggorengan dengan udara panas atau air fryer. Metode ini dapat menghasilkan makanan yang renyah dengan penggunaan minyak 70-80% lebih sedikit.

About The Author

Bolehkah Makan Gorengan untuk Buka Puasa? Ini Faktanya