Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Risiko Terkena Penyakit Kelamin Meski Tidak Berganti Pasangan Seksual

Myles Bannister

Orang dengan kebiasaan bergonta-ganti pasangan memiliki risiko tinggi penyakit menular seksual (PMS). Bagaimana dengan seseorang yang tidak pernah berganti pasangan tetapi terkena penyakit kelamin?

Kemungkinan Terkena Penyakit Kelamin Walau Tak Pernah Ganti Pasangan

Penyakit infeksi menular seksual lebih berisiko dialami oleh orang yang bergonta-ganti pasangan. Bagaimana jika seseorang tetap dengan pasangan tetapi terkena PMS? Apa yang menyebabkannya?

Tentu pasangan merasa tidak nyaman dan berbagai pikiran negatif muncul. Terutama jika hal ini dibiarkan, bisa memicu masalah hubungan.

Padahal, penyakit kelamin bisa menular tanpa harus melakukan hubungan seksual.

Kasus tertentu, pasangan bisa tertular PMS sebelum hubungan dimulai dan tanpa sadar menularkannya kepada Anda kemudian.

Faktanya, PMS bisa tinggal dalam tubuh tanpa menunjukkan gejala selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Banyak orang yang mengidapnya bahkan tidak menyadarinya. Tes kesehatan rutin adalah satu-satunya cara untuk mengetahui dengan pasti.

Penyakit Kelamin yang Menyerang Pasangan Tetap

Perlu diingat bahwa banyak jenis PMS yang bisa menular pada pasangan tetap. Selain melalui hubungan seks yang tidak sehat, penyakit kelamin bisa menular melalui kontak fisik yang dilakukan pasangan.

Beberapa penyakit kelamin yang bisa menular pada pasangan tetap meliputi:

1. Gonore

Gonore disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae yang tumbuh di area hangat dan lembap seperti uretra, mata, tenggorokan, vagina, anus, dan saluran reproduksi wanita.

Gejalanya antara lain keluarnya cairan dari alat kelamin dan sensasi terbakar atau nyeri saat buang air kecil. Jika tidak diobati, dapat menyebabkan radang panggul yang berisiko tinggi infertilitas dan kematian.

2. Klamidia

Klamidia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Seperti gonore, klamidia juga bisa tidak menunjukkan gejala. Beberapa orang mungkin mengalami sensasi terbakar saat buang air kecil atau keputihan yang tidak normal.

Penyakit ini juga dapat menyebabkan radang panggul pada wanita, yang bisa menyebabkan infertilitas, kehamilan ektopik, atau nyeri panggul kronis.

3. HPV

HPV adalah infeksi virus yang dapat ditularkan melalui kontak kulit ke kulit. Ada lebih dari 100 jenis HPV, lebih dari 40 di antaranya ditularkan melalui hubungan seksual dan dapat menyerang alat kelamin, mulut, atau tenggorokan.

HPV adalah salah satu infeksi menular seksual yang paling umum terjadi dan bisa menyerang pasangan tetap.

4. Herpes

Herpes adalah salah satu PMS yang paling menular. Virus ini memiliki dua jenis: herpes simplex tipe 1 (HSV-1) dan herpes simplex tipe 2 (HSV-2). Keduanya menular secara seksual dan menyebabkan herpes genital.

Herpes mulut ditandai dengan luka dingin atau lepuh demam, serta luka pada alat kelamin atau dubur. Seperti sifilis, herpes bisa menyerang janin, terutama setelah infeksi baru pada trimester pertama.

5. Sifilis

Sifilis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri. Penyebaran penyakit ini umumnya melalui kontak seksual.

Penyakit ini dimulai dengan luka yang sering kali tidak menimbulkan rasa sakit dan muncul di alat kelamin, rektum, atau mulut.

Sifilis dapat menular dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan luka tersebut. Penyakit ini juga dapat ditularkan ke bayi selama kehamilan dan persalinan atau melalui menyusui.

6. HIV

HIV adalah infeksi menular seksual yang juga dapat ditularkan melalui kontak dengan darah terinfeksi atau penggunaan obat terlarang, seperti jarum suntik yang digunakan secara bergantian.

Penyakit ini juga dapat ditularkan dari ibu ke anak selama kehamilan, persalinan, atau menyusui.

Tanpa pengobatan, HIV dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh bertahap hingga seseorang mengidap AIDS.

7. Hepatitis

Hepatitis adalah penyakit yang menyebabkan peradangan hati dan fibrosis. Penyakit ini juga dapat ditularkan melalui aktivitas seksual.

Penyakit ini muncul dalam beberapa bentuk meskipun gejalanya serupa, seperti kelelahan, mual, muntah, sakit perut, urine berwarna gelap, serta kulit dan mata menguning.

Hepatitis dapat menular di rumah melalui kontak pribadi yang dekat, serta kontaminasi makanan atau air.

Faktor Penularan Penyakit Kelamin

Di samping aktivitas seksual, beberapa virus juga dapat menular melalui sentuhan atau perantara. Misalnya, jika pasangan menyentuh bagian tubuh yang terinfeksi herpes atau HPV, virus dapat tetap ada. Penyakit juga bisa berkembang dengan cukup cepat tanpa aktivitas seksual.

Penggunaan alat bantu seks bergantian juga bisa menyebabkan penularan virus. Beberapa virus atau bakteri dapat menempel pada alat bantu seks yang terkena lendir, oleh karena itu, alat bantu seks harus dibersihkan setelah pemakaian dan tidak boleh digunakan oleh orang lain.

Selain itu, beberapa virus menular melalui tindakan medis seperti suntikan atau transfusi darah. Dalam kasus seperti itu, virus masuk ke dalam tubuh. Beberapa penyakit seperti HIV dan hepatitis bisa menular tanpa hubungan seksual.

Virus Bisa Berdiam di Tubuh

Beberapa virus yang masuk ke dalam tubuh tidak selalu menyebabkan masalah secara langsung. Misalnya, HIV atau herpes. Virus bisa berdiam (dormant) atau tidak menimbulkan efek pada tubuh. Saat kondisi tubuh menurun, virus dapat aktif kembali dan menyerang dengan cepat.

Dua virus ini dapat menular ke dalam tubuh tanpa hubungan seksual. Virus dapat menempel pada alat bantu seks atau pakaian. Setelah menular, penyakit tidak langsung menunjukkan gejala tetapi tetap berada dalam tubuh untuk jangka waktu tertentu.

Pasangan mungkin memiliki riwayat hubungan seksual dengan orang lain sebelum menikah. Oleh karena itu, jika virus berdiam dalam tubuh, virus dapat aktif saat pasangan memiliki hubungan tetap.

Saling Menyalahkan Tidak Akan Menyelesaikan Masalah

Jika Anda sudah menikah, masalah penyakit kelamin tidak boleh melekat pada satu pihak saja. Masalah ini harus diselesaikan bersama-sama agar tidak mengganggu kehidupan rumah tangga. Berpikir secara rasional dan tetap tenang sangatlah penting.

Lakukan pembicaraan yang intens agar masalah penyakit ini dapat segera diatasi, temui dokter, dan saling mendukung. Menyalahkan satu sama lain tidak akan menyelesaikan masalah yang ada.

Kemungkinan penyakit ini muncul karena kontak fisik tanpa melakukan hubungan seksual. Apapun yang terjadi, selalu berpikir positif dan saling mendukung dengan pasangan. Dengan fokus pada penyelesaian masalah, semua masalah yang muncul dapat diatasi tanpa merusak hubungan yang telah terjalin.

Tips Mencegah Penyakit Kelamin untuk Pasangan Setia

Jika Anda dan pasangan tidak memiliki masalah seksual yang mengganggu, tetaplah melakukan pencegahan. Berikut beberapa langkah yang bisa Anda lakukan untuk mencegah PMS:

1. Gunakan Kondom

Selalu gunakan kondom saat berhubungan seks jika Anda dan pasangan belum berencana untuk memiliki anak atau mengendalikan kehamilan. Penggunaan kondom dapat membantu mencegah penularan berbagai penyakit menular seks.

2. Diskusikan Riwayat Kesehatan

Lakukan diskusi terbuka tentang riwayat seksual dengan pasangan baru sebelum memulai hubungan seksual dan tentukan tingkat kenyamanan masing-masing.

Kehandalan kondisi kesehatan pasangan sangat penting dalam pencegahan penyakit kelamin.

3. Tidak Bergonta-ganti Pasangan

Mengurangi jumlah pasangan seksual atau mempertahankan satu pasangan dapat mengurangi risiko PMS. Selain itu, penting bagi Anda dan pasangan untuk menjalani tes kesehatan dan saling memberi tahu hasil tes masing-masingnya.

4. Tidak Membagi Barang Pribadi

Tidak menggantian pakaian atau handuk dengan orang lain, terlebih alat bantu seks. Gunakan handuk dan pakaian pribadi, khususnya ketika berhubungan dengan organ intim.

5. Menjaga Kebersihan Alat Kelamin

Jaga kebersihan organ intim setiap hari, baik sebelum maupun setelah berhubungan seksual. Hal sederhana yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan adalah mengganti celana dalam setiap hari.

6. Tes Kesehatan Rutin

Selalu lakukan tes kesehatan rutin untuk mengetahui adanya penyakit. Tes ini harus dilakukan bersama dengan pasangan. Jika salah satu pasangan terinfeksi, masalah ini harus diselesaikan bersama-sama untuk menghindari masalah serius di masa depan.

7. Vaksinasi

Konsultasikan dengan dokter sebelum mendapatkan vaksinasi HPV dan hepatitis, terutama jika ini adalah kali pertama Anda melakukannya.

Pada akhirnya, dalam menghadapi masalah apapun, selalu komunikasikan dengan pasangan untuk menyelesaikannya bersama-sama. Selain itu, jangan lupa untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Referensi

  1. Anonim. 2021. NHS. Sexually transmitted infections (STIs). https://www.nhs.uk/conditions/sexually-transmitted-infections-stis/. (Diakses pada 23 November 2019)
  2. Bell, Jen. 2018. STIs: common questions and misconceptions. https://helloclue.com/articles/sex/stis-common-questions-and-misconceptions. (Diakses pada 23 November 2019)
  3. Ducre, Kristena. 2015. 9 Ways You Can Get an STD Without Having Sex. https://www.stdcheck.com/blog/how-to-get-an-std-without-having-sex/. (Diakses pada 23 November 2019)
  4. Lange, Andrew. 2010. How to Get a Sexually Transmitted Disease Without Having Sex. https://www.huffpost.com/entry/stds-how-to-get-a-sexuall_b_607797. (Diakses pada 23 November 2019)
  5. McGowan, Emma. 2018. 8 STIs You Can Get Without Having Intercourse. https://www.bustle.com/p/8-stis-you-can-get-without-having-intercourse-7997497. (Diakses pada 23 November 2019)

About The Author

13 Cara Supaya Bisa Bersin (Solusi Bersin yang Tidak Jadi)

Bioderma Sebium Pore Refiner 30 Ml