Efek samping ini terjadi pada sekitar 10% pasien yang menggunakan ciprofloxacin:
- Mual.
- Nyeri perut.
- Diare.
- Peningkatan kadar aminotransferase.
- Muntah.
- Sakit kepala.
- Peningkatan kreatinin serum.
- Ruam.
- Gelisah.
Sedangkan gejala berikut terjadi pada:
- Asidosis.
- Reaksi alergi.
- Angina pectoris/Kejang jantung.
- Anorexia.
- Arthralgia.
- Ataxia.
- Sakit punggung.
- Penglihatan kabur.
- Nyeri payudara.
- Bronkospasme.
- Diplopia.
- Pusing.
- Kantuk.
- Disfagia.
- Nafas yang sulit.
- Kemerahan pada kulit dan wajah (flushing).
- Sakit kaki.
- Halusinasi.
- Cegukan.
- Hipertensi.
- Hipotensi.
- Insomnia.
- Sifat lekas marah.
- Kekakuan sendi.
- Kelesuan.
- Migrain.
- Mimpi buruk.
- Kandidiasis oral.
- Jantung berdebar (palpitasi).
- Fotosensitifitas.
- Poliuria.
- Keadaan pingsan (sinkop).
- Takikardia.
- Tinnitus (telinga berdengung).
- Tremor.
- Retensi urine.
- Vaginitis (radang vagina).
Laporan setelah obat ciprofloxacin beredar
- Pustulosis exanthematous akut generalisata (AGEP), eritema multiforme, dermatitis eksfoliatif, fixed eruption, fotosensitivitas/reaksi fototoksisitas.
- Agitasi, kebingungan, delirium.
- Agranulositosis, albuminuria, kolesterol serum dan peningkatan trigliserid, peningkatan glukosa darah, anemia hemolitik, sumsum depresi, pansitopenia, elevasi kalium.
- Reaksi anafilaksis, serum sickness seperti reaksi, sindrom Stevens-Johnson.
- Anosmia, hypesthesia.
- Sembelit, dispepsia, disfagia, perut kembung, gagal hati, nekrosis hati, sakit kuning, pankreatitis.
- Hipertonia, hipotensi, INR yang meningkat, perpanjangan QT, torsade de pointes, aritmia ventrikel.
- Methemoglobinemia.
- Myasthenia, eksaserbasi miastenia gravis, mioklonus, nystagmus, neuropati perifer yang mungkin ireversibel, fenitoin perubahan, polineuropati, psikosis.
- Mialgia, tendinitis, tendon pecah, nekrolisis epidermal toksik, kedutan.
- Infeksi: kandiduria, kandidiasis vagina, moniliasis, kolitis pseudomembran.
- Batu ginjal.
- Vaskulitis.
Peringatan!
Floroquinolon (ciprofloxacin termasuk golongan floroquinolon) dihubungkan dengan peningkatan risiko tendinitis dan ruptur tendon; risiko ini meningkat pada pasien usia tua, penerima donor ginjal, jantung, dan paru, serta penggunaan terapi steroid konkomitan.
Floroquinolon juga mampu memicu kelemahan otot pada pasien miastenia gravis; hindari penggunaannya pada pasien dengan riwayat miastenia gravis.