Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Myles Bannister

Radang Vagina (Vaginitis): Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Pencegahan

Penyebab Radang Vagina

Radang vagina biasanya terjadi karena perubahan keseimbangan bakteri di dalam vagina. Jenis vaginitis antara lain:

  • Bakteri vaginosis. Terjadi perubahan bakteri normal di vagina yang menyebabkan pertumbuhan berlebih dari organisme lain.
  • Infeksi jamur. Disebabkan oleh jamur alami yang disebut Candida albicans.
  • Disebabkan oleh parasit dan ditularkan melalui hubungan seksual.

Kasus yang jarang terjadi, radang vagina bisa disebabkan oleh gonorrhea, chlamydia, mycoplasma, herpes, campylobacter, parasit dan kebersihan vagina yang buruk.

Berikut penjelasan lengkap mengenai vaginitis, di antaranya:

1. Vaginosis bakteri

Penyebab paling umum radang vagina atau vaginitis adalah perubahan bakteri normal di vagina. Bakteri yang ditemukan di vagina (lactobacilli) terganggu oleh bakteri lain (anaerob). Jika bakteri anaerob berlebihan, bisa menyebabkan vaginosis bakteri.

Vaginitis jenis ini terkait dengan hubungan seksual, terutama jika memiliki banyak pasangan.

2. Infeksi ragi

Kondisi ini terjadi ketika ada pertumbuhan berlebihan jamur, biasanya C. albicans, di vagina. Jamur ini juga menyebabkan infeksi di area lain tubuh seperti mulut, lipatan kulit, dan kuku. Bahkan bisa menyebabkan ruam popok.

3. Trikomoniasis

Infeksi menular seksual umum ini disebabkan oleh parasit mikroskopis bernama Trichomonas vaginalis. Parasit ini menyebar selama hubungan seksual dengan seseorang yang memiliki infeksi.

Pada pria, organisme ini biasanya menginfeksi saluran kemih tanpa gejala. Pada wanita, parasit ini biasanya menginfeksi vagina dan meningkatkan risiko infeksi menular seksual.

4. Vaginitis tidak menular

Semprotan vagina, douche, sabun wangi, deterjen beraroma, dan produk spermisida dapat menyebabkan reaksi alergi atau iritasi pada vulva dan vagina. Benda asing seperti kertas tisu atau tampon yang tertinggal di dalam vagina juga dapat mengiritasi jaringan vagina.

5. Genitourinary syndrome of menopause (vaginal atrophy)

Sindrom ini terjadi akibat berkurangnya kadar estrogen setelah menopause atau operasi pengangkatan indung telur. Hal ini menyebabkan lapisan vagina menipis, iritasi, rasa terbakar, dan kering.

Gejala Vaginitis

Gejala vaginitis tergantung dari jenis yang Anda alami, di antaranya:

1. Vaginosis bakteri

Pada beberapa kasus, radang vagina akibat vaginosis bakteri tidak memiliki gejala. Namun, gejala yang mungkin muncul adalah keputihan tipis berwarna putih atau abu-abu, dan aroma seperti ikan terutama setelah berhubungan seks.

2. Infeksi ragi

Vagina akan menghasilkan cairan putih tebal yang terlihat seperti keju cottage. Infeksi ragi biasanya menyebabkan gatal dan kemerahan pada vagina dan vulva.

3. Trikomoniasis

Gejala radang vagina akibat trikomoniasis meliputi nyeri pada vagina dan vulva, serta rasa terbakar saat buang air kecil. Gejala lainnya adalah keluarnya cairan berwarna abu-abu dengan bau tak sedap.

Selain gejala di atas, gejala vaginitis lain yang mungkin muncul antara lain:

  • Hubungan seksual yang menyakitkan (dispareunia).
  • Pendarahan atau bercak vagina ringan.
  • Peradangan menyebabkan kemerahan dan pembengkakan pada labia majora, labia minora, dan area perineum akibat kelebihan sel kekebalan.

Pengobatan Radang Vagina

Pengobatan radang vagina tergantung pada penyebabnya. Beberapa pengobatan yang bisa dilakukan termasuk pemberian kortikosteroid topikal, antibiotik topikal atau oral, antijamur atau krim antibakteri.

Pada kasus vaginosis bakteri, antibiotik seperti metronidazole (Flagyl) atau clindamycin digunakan. Untuk mengobati infeksi jamur, bisa digunakan butoconazole atau clotrimazole.

Pengobatan lain yang dapat dicoba antara lain:

  • Krim kortison untuk mengobati iritasi parah.
  • Antihistamin, jika peradangan disebabkan oleh alergi.
  • Krim estrogen topikal, jika vaginitis disebabkan oleh kadar estrogen yang rendah.
  • Pengobatan trikomoniasis biasanya menggunakan antibiotik dosis tunggal. Pasangan Anda juga perlu diobati untuk mencegah penularan infeksi dan kekambuhan.
  • Jika vaginitis disebabkan oleh alergi atau sensitivitas terhadap suatu produk, Anda perlu berhenti menggunakan produk tersebut.

Pencegahan Vaginitis

Menjaga kebersihan organ intim dapat mencegah beberapa jenis vaginitis berulang dan meringankan gejalanya. Langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:

  • Hindari berendam di air panas, terutama jika bak yang digunakan bisa menciptakan pusaran air.
  • Hindari sabun, pembalut, atau tampon beraroma kuat. Pastikan area genital kering dengan baik untuk mencegah iritasi.
  • Bersihkan area genital dari depan ke belakang untuk mencegah penyebaran bakteri feses ke vagina.
  • Hindari sentuhan berlebihan pada vagina kecuali saat mandi. Membilas vagina dengan cairan khusus bisa meningkatkan risiko infeksi.
  • Gunakan kondom saat berhubungan seksual untuk menghindari penyebaran infeksi.
  • Pilih celana dalam berbahan katun. Jika merasa nyaman, Anda bisa tidak memakai celana dalam saat tidur. Lingkungan lembap bisa menjadi tempat subur bagi bakteri.

Sumber:

  1. https://medlineplus.gov/vaginitis.html
  2. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/vaginitis/symptoms-causes/syc-20354707
  3. https://www.medicalnewstoday.com/articles/175101.php
  4. https://www.webmd.com/women/guide/sexual-health-vaginal-infections#1

About The Author

Tentang Sedot Lemak: Jenis, Syarat, Efek Samping, dan Harga

22 Cara Memutihkan Badan yang Cepat dan Aman