Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Limfoma: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Myles Bannister

Limfoma adalah kanker yang menyerang kelenjar getah bening dan dapat menyebar ke seluruh tubuh. Simak penjelasan lengkap mengenai gejala, penyebab, dan cara mengobatinya di bawah ini.

Apa itu Limfoma?

Limfoma adalah kondisi di mana terdapat pertumbuhan sel tidak normal pada limfosit, yaitu sel yang melawan infeksi.

Tubuh manusia memiliki sistem limfatik yang terdiri dari kelenjar getah bening, pembuluh limfa, dan cairan limfa atau getah bening yang tersebar di seluruh tubuh. Cairan getah bening berisi limfosit yang melawan infeksi.

Sel kanker dari limfosit dapat menumpuk di kelenjar getah bening dan menyebar ke berbagai jaringan dan organ di seluruh tubuh. Limfoma paling sering ditemukan di ketiak, leher, atau selangkangan.

Limfoma dapat menyerang pada usia berapapun, tetapi paling banyak ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda pada usia 15-24 tahun.

Kanker ini memiliki kemungkinan untuk ditangani dan tingkat kesembuhannya bergantung pada tipe limfoma dan stadiumnya.

Gejala Limfoma

Limfoma tahap awal jarang menimbulkan gejala. Gejala limfoma meliputi:

  • Benjolan di bawah kulit pada beberapa bagian tubuh seperti leher, dada atas, ketiak, perut, dan selangkangan.
  • Nyeri tulang.
  • Batuk.
  • Kelelahan.
  • Limpa yang membesar.
  • Demam.
  • Keringat malam.
  • Rasa sakit saat minum alkohol.
  • Gatal gatal.
  • Ruam pada lipatan kulit.
  • Sesak napas.
  • Kulit gatal.
  • Sakit perut.
  • Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.

Kapan Waktu yang Tepat untuk ke Dokter?

Segera hubungi dokter jika Anda merasakan benjolan di leher, ketiak, atau selangkangan. Ini dapat menjadi tanda limfoma.

Orang dengan risiko tinggi, seperti orang yang memiliki HIV/AIDS, penyakit autoimun, atau mereka yang mengonsumsi obat imunosupresan dalam jangka panjang, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter secara rutin. Dokter dapat membantu mendeteksi kemunculan limfoma secara dini.

Penderita limfoma yang dinyatakan sembuh setelah pengobatan tetap perlu melakukan konsultasi dengan dokter secara rutin untuk mengetahui kemungkinan kanker kembali muncul.

Penyebab Limfoma

Limfoma terjadi ketika limfosit tumbuh di luar kendali. Perubahan DNA dalam sel limfosit menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak normal ini.

Penyebab pasti limfoma non-Hodgkin belum diketahui. Namun, mutasi DNA dan masalah pada sistem imun berkontribusi dalam kondisi ini.

Limfoma Hodgkin diduga disebabkan oleh infeksi virus Epstein-Barr. Sel kanker limfoma Hodgkin dapat membuat kelenjar getah bening membengkak.

Faktor Risiko

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko limfoma antara lain:

1. Usia

Orang berusia di atas 60 tahun berisiko mengalami non-Hodgkin, sedangkan usia antara 20-30 dan di atas 55 tahun berisiko mengalami Hodgkin.

2. Jenis Kelamin

Pria memiliki risiko lebih tinggi terkena limfoma daripada wanita.

3. Gangguan Sistem Kekebalan Tubuh

Limfoma lebih sering terjadi pada penderita penyakit sistem kekebalan tubuh atau yang menggunakan obat yang menekan sistem kekebalan tubuh. Orang dengan penyakit autoimun juga berisiko lebih tinggi terkena limfoma.

4. Infeksi Tertentu

Beberapa infeksi terkait dengan peningkatan risiko limfoma, termasuk virus Epstein-Barr, virus HTLV-1, hepatitis C, dan infeksi Helicobacter pylori.

5. Paparan Kimia dan Radiasi

Paparan bahan kimia dan radiasi tertentu dapat meningkatkan risiko limfoma, seperti paparan pestisida, pupuk, herbisida, dan radiasi nuklir.

6. Obesitas

Kelebihan berat badan terkait dengan risiko limfoma. Namun, faktor risiko ini memerlukan penelitian lebih lanjut.

7. Riwayat Keluarga

Memiliki keluarga dengan riwayat limfoma meningkatkan risiko seseorang terkena jenis limfoma tertentu.

Seberapa umum Penyakit Limfoma Terjadi?

Limfoma non-Hodgkin merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Pada tahun 2020, terdapat 16.125 kasus limfoma non-Hodgkin di Indonesia.

Limfoma non-Hodgkin dapat muncul pada usia berapapun, tetapi umum terjadi pada anak-anak, remaja, dan dewasa muda. Risiko limfoma Hodgkin meningkat pada usia sekitar 20 tahun dan di atas 55 tahun.

Jenis Limfoma

Limfoma terbagi menjadi limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin. Berikut jenis-jenisnya:

1. Non-Hodgkin

Limfoma non-Hodgkin berkembang dari limfosit B dan T di kelenjar getah bening dan jaringan di seluruh tubuh. Limfoma non-Hodgkin terdiri dari beberapa jenis, termasuk:

  • B-cell lymphoma.
  • T-cell lymphoma.
  • Burkitt’s lymphoma.
  • Follicular lymphoma.
  • Mantle cell lymphoma.
  • Primary mediastinal B cell lymphoma.
  • Small lymphocytic lymphoma.
  • Waldenstrom macroglobulinemia (lymphoplasmacytic lymphoma).

2. Hodgkin

Limfoma Hodgkin adalah kanker pada sistem kekebalan tubuh. Limfoma Hodgkin melibatkan sel Reed-Sternberg yang merupakan limfosit B yang tidak normal. Jenis limfoma Hodgkin antara lain:

  • Lymphocyte-depleted Hodgkin’s disease.
  • Lymphocyte-rich Hodgkin’s disease.
  • Mixed cellularity Hodgkin’s lymphoma.
  • Nodular lymphocyte-predominant Hodgkin’s disease.
  • Nodular sclerosis Hodgkin’s lymphoma.

Diagnosis Limfoma

Untuk mendiagnosis limfoma, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, tes darah, biopsi kelenjar getah bening, biopsi sumsum tulang, dan tes pencitraan seperti MRI scan, PET scan, atau CT scan.

Stadium Limfoma

Limfoma dapat dikategorikan menjadi stadium I, II, III, dan IV sesuai dengan penyebaran kanker di dalam tubuh.

Pengobatan Limfoma

Pengobatan limfoma tergantung pada jenis, stadium, dan kondisi pasien. Beberapa metode pengobatan limfoma meliputi pengawasan aktif, kemoterapi, radioterapi, transplantasi sumsum tulang, radioimunoterapi, terapi target, dan operasi.

Komplikasi Limfoma

Komplikasi yang dapat terjadi akibat limfoma antara lain melemahnya sistem kekebalan tubuh dan efek samping dari pengobatan seperti infertilitas, masalah kesehatan, dan risiko mengalami kanker lain.

Pencegahan Limfoma

Untuk mencegah limfoma, hindarilah perilaku yang meningkatkan risiko infeksi seperti AIDS dan hepatitis C, hindari paparan radiasi dan kimia, pertahankan berat badan normal, hindari implan payudara, dan tetap aktif secara fisik.

About The Author

Benarkah Soda Susu Bisa Membersihkan Paru-Paru?

Penyakit Pikun: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan