Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Kemarahan 101: Mengapa dan Bagaimana Mengatasinya

Myles Bannister

Kemarahan adalah emosi yang normal seperti menangis atau tertawa. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kemarahan, seperti kekecewaan, ketakutan, tersinggung, atau perasaan terluka. Menurut Dr. Helen Stokes Lampard dari Royal College of General Practitioners, ada beberapa kondisi medis dan penggunaan obat-obatan tertentu yang dapat menjadi penyebab emosi ini.

Faktor-Faktor Penyebab Kemarahan

Berikut adalah 10 faktor yang sering dilaporkan sebagai penyebab kemarahan:

1. Hipertiroidisme

Hipertiroidisme terjadi ketika kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid secara berlebihan. Hal ini terutama sering terjadi pada wanita. Menurut Dr. Neil Gittoes, seorang ahli endokrinologi di University Hospitals Birmingham and BMI the Priory Hospital, hormon tiroid memengaruhi sistem metabolisme di tubuh. Ketika kadar hormon tiroid terlalu tinggi, ini dapat menyebabkan kegelisahan, gelisah, dan sulit berkonsentrasi. Kemarahan dan kecenderungan untuk berteriak pada orang lain juga dapat terjadi akibat tiroid yang terlalu aktif.

2. Obat Kolesterol

Penggunaan statin, obat yang digunakan untuk mengatasi kolesterol tinggi, dapat menyebabkan efek samping berupa perubahan suasana hati dan kehilangan kesabaran. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Universitas California menemukan bahwa penggunaan statin dapat menurunkan kadar serotonin dalam tubuh, sehingga menyebabkan peningkatan risiko depresi dan perilaku agresif.

3. Diabetes

Seseorang yang menderita diabetes dan mengalami ketidakseimbangan kadar gula darah dapat menjadi lebih mudah emosi. Ketidakseimbangan kadar gula dalam tubuh dapat mempengaruhi produksi serotonin di otak, sehingga menyebabkan perubahan suasana hati seperti perasaan marah yang berlebihan, kebingungan, dan serangan panik.

4. Depresi

Depresi juga dapat menjadi penyebab kemarahan yang sering dialami seseorang. Menurut Paulus Blenkiron, seorang psikiater di Bootham Park Hospital, New York, seseorang yang mengalami depresi cenderung merasa mudah marah dan gelisah serta merasa tidak berharga, malu, atau bersalah.

5. Autisme

Autisme adalah gangguan perkembangan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan otak, keterampilan sosial, dan komunikasi seseorang. Banyak rangsangan sensorik yang dapat menyebabkan kemarahan dan meningkatkan tingkat kemarahan pada penderita autisme.

6. Alzheimer

Alzheimer, sejenis penyakit demensia atau kepikunan, mempengaruhi fungsi otak termasuk perilaku dan kepribadian seseorang. Hal ini dapat menyebabkan kemarahan.

7. Obat Tidur

Obat tidur seperti Benzodiazepin bekerja dengan cara memperlambat fungsi otak. Penggunaan obat tidur ini dapat mempengaruhi emosi dan meningkatkan tingkat kemarahan seseorang.

8. Sindrom Pra-Menstruasi (PMS)

Sindrom pra-menstruasi (PMS) terjadi pada wanita akibat ketidakseimbangan hormon seperti estrogen dan progesteron. Wanita mungkin merasa lebih mudah marah tanpa alasan yang jelas selama dua minggu terakhir siklus menstruasi atau dua minggu sebelum menstruasi, menurut American College of Obstetrics and Gynecology.

9. Gejala Menopause

Selama periode menuju menopause atau setelah menopause, seorang wanita mungkin mengalami gejala seperti hot flash, penurunan frekuensi menstruasi, dan fluktuasi suasana hati. Hal ini kadang-kadang dapat menyebabkan kemarahan.

10. Insomnia

Insomnia adalah gangguan tidur yang sering terjadi dan dapat mengakibatkan sulit tidur atau sulit tetap tidur. Gejalanya mungkin termasuk kelelahan, mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi, sakit kepala ringan, dan kemarahan. Insomnia dapat diatasi dengan obat dan perubahan perilaku.

Cara Mengatasi Kemarahan

Sebuah reaksi kemarahan yang berlebihan dapat menyebabkan stres dan berdampak negatif pada hubungan dengan orang lain, baik itu di tempat kerja, di rumah, atau di sekolah. Untuk mengatasi kemarahan, perhatikan langkah-langkah berikut:

1. Identifikasi Penyebab

Langkah pertama dalam mengatasi kemarahan adalah mencari tahu penyebabnya dan berusaha menyelesaikannya. Ketahui kapan Anda pertama kali merasa marah dan pertimbangkan apa yang mungkin menjadi penyebabnya. Ingatlah bahwa masalah yang dihadapi mungkin terlihat rumit saat ini, padahal sebenarnya sederhana.

2. Bernapaslah Dalam-Dalam

Ketika sedang marah, fokuslah pada setiap napas Anda dan hembuskan napas lebih lama daripada menarik napas.

3. Kurangi Ketegangan Fisik

Latihlah otot-otot tubuh dengan menegangkannya selama 10 hitungan dan kemudian lepaskanlah ketegangan tersebut.

4. Lakukan Meditasi

Meditasi, sebagai bentuk latihan perhatian, dapat membantu mengubah pikiran dari kemarahan selama situasi yang memicu emosi tersebut. Penting untuk melakukannya secara konsisten.

5. Lakukan Olahraga

Melakukan aktivitas fisik seperti berlari, berjalan, atau bertinju dapat membantu meredakan kemarahan dan menggunakan energi berlebih. Olahraga dapat menjadi saluran yang bermanfaat untuk melepaskan amarah.

6. Temukan Alternatif untuk Mengeluarkan Kemarahan

Cari cara lain untuk menyalurkan kemarahan Anda tanpa merugikan orang lain, seperti merobek kertas atau meninju benda yang aman seperti samsak atau berteriak ke bantal.

7. Alihkan Perhatian

Ubah fokus Anda dengan melakukan kegiatan atau hobi yang menarik perhatian Anda, seperti menari dengan musik energik, mandi relaksasi, atau bermain membangun, memperbaiki, menulis, atau menggambar. Ini dapat menghasilkan jarak antara Anda dan masalah serta kemarahan yang Anda rasakan.

Berhati-hatilah saat menghadapi kemarahan. Mengatasi kemarahan adalah salah satu langkah awal dalam mengelola stres dan konflik yang mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengidentifikasi penyebab dan mengimplementasikan langkah-langkah yang tepat, Anda dapat mengatasi kemarahan dengan lebih baik dan menjaga hubungan dengan orang lain tetap harmonis.

About The Author

Mengapa Bayi Berkeringat Saat Menyusui? Ini Alasannya

Penderita Asam Urat dan Konsumsi Mi Instan