Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Kenali Tipe dan Gejala Sindrom Pra Menstruasi

Myles Bannister

Gejala tersebut biasanya terjadi secara regular pada dua minggu sebelum menstruasi. Hal ini dapat hilang begitu dimulainya pendarahan, namun dapat pula berlanjut setelahnya.

Pada beberapa wanita usia 20 hingga 35 tahun, sindrom pra-menstruasi dapat sangat mempengaruhi mereka sehingga perlu beristirahat dari aktivitas sehari-hari, seperti sekolah atau bekerja.

Sindrom pra-menstruasi saat ini diakui sebagai suatu kelainan medis yang nyata yang terjadi pada wanita selama masa subur mereka. “PMS berhubungan dengan hormon menstruasi, yaitu perubahan kadar steroid dalam tubuh, serta dapat menyebabkan gejala fisik dan psikologis,” tutur dr. Cecilia J. Setiawan, SpKJ, MKes.

“Gejalanya ditandai dengan mudah tersinggung, emosi labil, nyeri kepala, cemas, dan depresi. Gejala fisiknya ditandai dengan bengkak, peningkatan berat badan, nyeri payudara, pingsan, dan kesemutan,” jelas dr. Cecilia, seorang psikiater di RS Awal Bros Tangerang.

Faktor Risiko Menstruasi

Sindrom pra-menstruasi biasanya lebih mudah terjadi pada wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid. Namun ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya PMS, seperti berikut ini:

1. Wanita yang pernah melahirkan

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama jika pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.

2. Status perkawinan

Wanita yang sudah menikah lebih banyak mengalami PMS dibandingkan yang belum menikah.

3. Usia

PMS semakin sering dan mengganggu dengan bertambahnya usia, terutama antara usia 30-45 tahun.

4. Stres

Faktor stres memperberat gangguan PMS.

5. Diet

Faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, cokelat, minuman bersoda, produk susu, makanan olahan, memperberat gejala PMS.

6. Kekurangan zat-zat gizi

Kekurangan vitamin B (terutama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, asam lemak linoleat, kebiasaan merokok, dan minum alkohol juga dapat memperberat gejala PMS.

7. Kegiatan fisik

Kurang berolahraga dan aktivitas fisik menyebabkan semakin beratnya PMS.

Tipe dan Gejala PMS

Tipe dan gejala PMS bermacam-macam. Dr. Guy E. Abraham, ahli kandungan dan kebidanan dari Fakultas Kedokteran UCLA, AS, membagi PMS menjadi tipe A, H, C, dan D. Kadang-kadang seorang wanita mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D secara bersamaan. Berikut gejala-gejala yang muncul sesuai dengan tipe PMS masing-masing:

  1. PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron: hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin B6 dan magnesium. Penderita PMS A sebaiknya banyak mengonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi.
  2. PMS tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema (pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid. Gejala tipe ini juga dapat dirasakan bersamaan dengan tipe PMS lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini, penderita dianjurkan untuk mengurangi asupan garam dan gula pada makanan serta membatasi minum sehari-hari.
  3. PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya cokelat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah memakan gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang kadang-kadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tingginya garam dalam makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau kurangnya magnesium.
  4. PMS tipe D (depression) ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari seluruh tipe PMS benar-benar murni tipe D. PMS tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, di mana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogen. Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan PMS tipe A.

Untuk mengatasi PMS, biasanya dokter memberikan pengobatan diuretika untuk mengatasi retensi cairan atau edema (pembengkakan) pada kaki dan tangan. Pemberian hormon progesteron dosis kecil dapat dilakukan selama 8–10 hari sebelum haid untuk mengimbangi kelebihan relatif estrogen. Pemberian hormon testosteron dalam bentuk methiltestosteron sebagai tablet isap juga dapat diberikan untuk mengurangi kelebihan estrogen.

Diet Mencegah PMS

Pencegahan PMS (sindrom pra menstruasi) dapat dilakukan melalui diet yang tepat dengan memperhatikan hal-hal berikut:

  1. Batasi konsumsi makanan tinggi gula, tinggi garam, daging merah (sapi dan kambing), alkohol, kopi, teh, cokelat, serta minuman bersoda.
  2. Kurangi atau hentikan konsumsi rokok.
  3. Batasi konsumsi protein, sebaiknya sebanyak 1,5 gr/kg berat badan per orang.
  4. Meningkatkan konsumsi ikan, ayam, kacang-kacangan, dan biji-bijian sebagai sumber protein.
  5. Batasi konsumsi makanan produk susu dan olahannya (keju, es krim, dan lainnya) dan gunakan kedelai sebagai penggantinya.
  6. Batasi konsumsi lemak dari bahan hewani dan lemak dari makanan yang digoreng.
  7. Meningkatkan konsumsi sayuran hijau.
  8. Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung asam lemak esensial linoleat seperti minyak bunga matahari, minyak sayuran.
  9. Konsumsi vitamin B kompleks terutama vitamin B6, vitamin E, kalsium, magnesium dan omega-6 (asam linolenat gamma GLA).

Selain diet, perhatikan juga hal-hal berikut ini untuk mencegah munculnya PMS:

  1. Lakukan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur.
  2. Hindari dan atasi stres.
  3. Jaga berat badan. Berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko menderita PMS.
  4. Catat jadwal siklus haid Anda serta kenali gejala PMS-nya.
  5. Perhatikan juga apakah Anda sudah dapat mengatasi PMS pada siklus-siklus menstruasi berikutnya.

About The Author

7 Cara Mengembangkan Kreativitas Anak

Penyakit Radang Panggul: Gejala, Penyebab, Pengobatan, dll