Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Patent Ductus Arteriosus (PDA): Penyebab, Gejala, Pengobatan

Myles Bannister

Jantung adalah organ rentan terhadap berbagai jenis penyakit, termasuk Patent Ductus Arteriosus (PDA). Jika tidak ditangani dengan cepat, PDA dapat membahayakan nyawa. Apa artinya PDA? Simak informasi di bawah ini.

Apa Itu Patent Ductus Arteriosus?

Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kelainan jantung bawaan.

Jantung memiliki dua jenis pembuluh darah, yaitu pembuluh darah yang membawa oksigen dari jantung ke seluruh tubuh (aorta) dan pembuluh darah yang membawa oksigen dari jantung ke paru-paru (arteri pulmonal). Pada janin, paru-paru belum berfungsi karena pasokan oksigen berasal dari ibu melalui plasenta.

Ductus arteriosus adalah pembuluh darah sementara yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal. Ductus arteriosus memastikan darah yang kaya oksigen dari jantung bisa langsung dialirkan ke aorta untuk dibawa ke seluruh tubuh. Paru-paru yang belum membutuhkan banyak oksigen menerima aliran darah untuk membantu pertumbuhannya.

Pada saat bayi lahir, ductus arteriosus seharusnya menutup (idealnya 2-3 hari setelah kelahiran). Jika ductus arteriosus tidak menutup, bayi mengalami PDA. PDA sering terjadi pada bayi yang lahir prematur.

Penyebab Patent Ductus Arteriosus

Penyebab PDA belum diketahui dengan pasti, namun ada faktor risiko yang diduga memicu terjadinya penyakit ini, antara lain:

  • Kelahiran prematur
  • Faktor genetik
  • Infeksi Rubella selama kehamilan
  • Lahir di dataran tinggi
  • Jenis kelamin perempuan

Jika memiliki faktor risiko di atas, sebaiknya segera kunjungi dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Deteksi dini PDA dapat membantu mengurangi risiko penyakit ini pada bayi setelah lahir.

Ciri dan Gejala Patent Ductus Arteriosus

Ciri dan gejala PDA tergantung pada seberapa besar ductus arteriosus yang terbuka. Pada beberapa kasus, PDA mungkin tidak menunjukkan gejala, terutama saat anak sudah dewasa. Namun, sebagian besar kasus PDA terdeteksi sejak bayi dilahirkan.

Orang tua perlu waspada jika bayi lahir prematur dan mengalami gejala PDA berikut:

  • Napas pendek
  • Sesak napas
  • Jantung berdetak lebih cepat

Pada anak yang tumbuh besar, beberapa kondisi berikut dapat menjadi tanda bahwa anak mengalami kelainan jantung PDA:

  • Hilang nafsu makan
  • Mudah berkeringat saat makan atau menangis
  • Mudah lelah
  • Pertumbuhan lambat
  • Berat badan stagnan

Segera periksakan anak ke dokter jika mengalami gejala PDA di atas untuk mendapatkan penanganan medis segera.

Diagnosis Patent Ductus Arteriosus

Diagnosis PDA penting dilakukan sejak dini, terutama jika bayi memiliki faktor risiko. Prosedur diagnosis PDA terdiri dari 3 tahap, yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis

Dokter akan menanyakan sejumlah pertanyaan pada orang tua sebagai langkah awal.

Dalam anamnesis, dokter akan menanyakan riwayat penyakit jantung atau kondisi lain, seperti down syndrome, dalam keluarga.

2. Pemeriksaan Fisik

Setelah anamnesis, dokter akan melanjutkan dengan pemeriksaan fisik.

Untuk bayi dalam kandungan, dokter akan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan detak jantung. Detak jantung yang keras dan tidak teratur dapat menjadi tanda bahwa bayi memiliki PDA.

3. Pemeriksaan Penunjang

Saat bayi lahir, terutama bayi prematur, dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi kemungkinan PDA.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain:

  • X-ray untuk memantau kondisi jantung dan paru-paru
  • Ekokardiografi, memperoleh gambaran jantung menggunakan gelombang suara. Metode ini sangat membantu dalam mengidentifikasi PDA
  • Elektrokardiogram (EKG) untuk merekam kelistrikan jantung dan mendeteksi abnormalitas irama jantung serta pembesaran jantung

Pengobatan Patent Ductus Arteriosus

Pengobatan PDA tergantung pada seberapa besar ductus arteriosus yang terbuka. Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan obat-obatan atau melakukan operasi.

1. Obat-Obatan

Jika bukaan ductus arteriosus tidak besar, bayi tidak memerlukan pengobatan khusus karena ductus arteriosus akan menutup secara alami seiring bertambahnya usia. Dokter mungkin meresepkan obat indomethacin untuk membantu menutup ductus arteriosus. Bayi juga disarankan untuk menjalani pemeriksaan medis secara rutin.

2. Kateterisasi Jantung

Selain obat-obatan, bayi dengan PDA dapat menjalani kateterisasi jantung. Prosedur ini bertujuan melekatkan kateter pada ductus arteriosus untuk menghentikan aliran darah yang tidak normal. Setelah aliran darah normal, bayi akan pulih.

3. Operasi

Pada kasus PDA dengan bukaan yang besar, operasi dapat dilakukan untuk menutup ductus arteriosus yang terbuka. Biasanya operasi dilakukan saat bayi berusia 6 bulan atau lebih, namun bayi yang baru lahir juga bisa menjalani operasi jika memiliki gejala PDA.

Pencegahan Patent Ductus Arteriosus

Saat ini belum ada cara khusus untuk mencegah PDA. Namun, menjaga kesehatan saat hamil dapat membantu mengurangi risiko penyakit ini.

Beberapa tindakan yang bisa dilakukan selama kehamilan antara lain:

  • Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin
  • Mengatur pola makan yang sehat
  • Menjalani olahraga yang sesuai untuk ibu hamil
  • Menghindari merokok, minum alkohol, atau memakai obat-obatan terlarang
  • Menghindari infeksi
  • Menjaga kadar gula darah

Komplikasi Patent Ductus Arteriosus

Jika tidak ditangani dengan cepat, PDA dapat menyebabkan beberapa komplikasi, seperti:

  • Tekanan darah tinggi di paru-paru (hipertensi pulmonal)
  • Infeksi jantung (endokarditis)
  • Gagal jantung

Referensi

  1. Anonim. Patent Ductus Arteriosus (PDA). https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/patent-ductus-arteriosus/symptoms-causes/syc-20376145. Diakses pada 11 Oktober 2019.
  2. Anonim. Patent Ductus Arteriosus (PDA). https://www.heart.org/en/health-topics/congenital-heart-defects/about-congenital-heart-defects/patent-ductus-arteriosus-pda. Diakses pada 11 Oktober 2019.
  3. Ellis, ME. 2016. What is Patent Ductus Arteriosus?https://www.healthline.com/health/patent-ductus-arteriosus. Diakses pada 11 Oktober 2019.

About The Author

Manfaat & Bahaya Makan Telur Setengah Matang

Mengenal Body Positivity: Mencintai Tubuh Apa Adanya