Seorang anak yang tumbuh di keluarga yang tidak harmonis, atau yang dikenal sebagai anak broken home, perlu mendapatkan perhatian khusus dari orang tua. Tujuannya adalah mencegah dampak buruk dari konflik yang terjadi antara kedua orang tua. Bagaimana cara mengatasi anak yang broken home?
Cara Mengatasi Anak yang Mengalami Broken Home
Broken home dapat menyebabkan stres yang parah atau bahkan depresi pada anak. Oleh karena itu, penting untuk memberikan penanganan yang tepat demi menjaga kesehatan mental anak.
Berikut ini adalah beberapa cara penting untuk mengatasi anak broken home:
1. Latih Tanggung Jawab
Sebagai orang tua, Anda memiliki pilihan dalam menghadapi keadaan dalam keluarga dan menciptakan kondisi emosional yang sehat. Oleh karena itu, penting untuk bertanggung jawab atas tindakan yang Anda lakukan serta belajar bagaimana memenuhi harapan yang diidamkan untuk anak-anak. Ingatlah bahwa anak adalah pihak yang paling terdampak dalam masalah keluarga.
2. Ajak Anak Berpikir Positif
Meskipun kondisi keluarga tidak stabil, Anda sebagai orang tua harus tetap mengajarkan anak untuk berpikir positif. Dengan begitu, secara perlahan anak akan mampu menerima kenyataan yang terjadi pada orang tuanya. Jika Anda tidak memberikan pemikiran yang positif, hal tersebut dapat berdampak buruk pada kesehatan mental anak. Oleh karena itu, pastikan Anda melakukannya dengan kesabaran dan ketekunan.
3. Membangun Kepercayaan
Anak yang tumbuh dalam lingkungan dengan orang tua yang konflikumumnya tidak memiliki rasa percaya terhadap orang tuanya, dan kondisi ini mungkin akan bertahan hingga anak dewasa. Oleh karena itu, cobalah untuk menciptakan sikap saling percaya dengan anak, dengan penuh kesabaran. Lakukan aktivitas tertentu bersama-sama dan cobalah untuk saling memaafkan serta mendukung dalam segala hal.
4. Dapatkan Bantuan dari Profesional Kesehatan Mental
Mendapatkan bantuan dari profesional seperti psikolog atau psikiater sangat penting untuk memperbaiki situasi yang dihadapi. Bantuan dari tenaga profesional tidak hanya bermanfaat bagi anak, tetapi juga orang tua. Misalnya, mengatasi hilangnya rasa percaya diri bisa menjadi langkah yang sulit bagi orang tua dan anak. Oleh karena itu, selain mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat, juga penting untuk mencari dukungan dari profesional kesehatan mental.
5. Ajak Anak Mencoba Hal-hal Baru
Cobalah mengajak anak untuk mencoba hal-hal baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya atau melakukan aktivitas yang digemarinya. Hal ini dapat membantu anak mengekspresikan dirinya secara sehat kepada keluarga dan orang-orang terdekat. Selain itu, beri ruang pada anak agar dapat berpendapat dengan bebas.
Dampak Psikologis Anak Broken Home
Berikut ini adalah beberapa dampak negatif dari kondisi keluarga broken home terhadap kondisi psikologis anak:
- Menurunnya rasa percaya diri. Ini adalah dampak terbesar dan paling umum dari pola pengasuhan dari broken home. Orang tua memiliki peran penting dalam membantu anak membangun rasa percaya diri.
- Perasaan hampa dan terkucilkan. Anak yang berasal dari broken home mungkin merasa trauma atau kesepian. Seiring berjalannya waktu, perasaan ini dapat menghambat anak dalam membangun hubungan dengan orang lain.
- Menanggung beban dewasa sebelum waktunya. Konflik antara orang tua kadang-kadang mengharuskan anak untuk bertindak sebagai pengasuh adik atau saudara kandungnya. Hal ini sering kali memberikan beban tanggung jawab kepada anak sehingga menyebabkan kelelahan fisik dan mental.
- Keterampilan komunikasi yang buruk. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang bermasalah mungkin mengalami kesulitan dalam mengekspresikan diri atau keinginannya. Hal ini dapat menyebabkan anak memiliki keterampilan komunikasi yang buruk di kemudian hari.
- Gangguan emosional. Salah satu dampak buruk dari broken home adalah gangguan mental dan emosional pada anak. Jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat, kondisi ini dapat memiliki dampak serius pada anak dan orang-orang di sekitarnya.
Nah, itulah beberapa cara mengatasi anak broken home yang penting untuk dipahami oleh orang tua. Namun, jika beberapa langkah di atas sudah dicoba dan tidak berhasil, penting untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental untuk membantu mengatasinya.
Referensi
- Anonim. 2017. Child Development and Behavior: Broken Homes, Hopes, and Dreams. https://www.youthvoices.live/child-development-and-behavior-broken-homes-hopes-and-dreams/. (Diakses pada 17 September 2021)
- Arora, Mahak. 2018. Dysfunctional Family – Characteristics and Effects. https://parenting.firstcry.com/articles/dysfunctional-family-characteristics-and-tips-to-overcome-its-effects/. (Diakses pada 17 September 2021)
- Johnson, E.B. 2020. You’re not crazy. You came from a dysfunctional home. https://medium.com/lady-vivra/overcoming-a-dysfunctional-childhood-85b1785d89c2. (Diakses pada 17 September 2021)
- Saikia, Ruksana. 2017. Broken family: Its causes and effects on the development of children. https://www.allresearchjournal.com/archives/2017/vol3issue2/PartG/3-2-106-798.pdf. (Diakses pada 17 September 2021)