Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

12 Jenis Sakit Kepala yang Sering Terjadi dan Cara Mengatasinya!

Myles Bannister

Setiap jenis sakit kepala memiliki penyebab, pemicu, dan pengobatan yang berbeda. Sakit kepala adalah salah satu penyakit yang paling umum terjadi. Kenali berbagai jenis sakit kepala berikut ini!

Jenis Sakit Kepala

Sakit kepala terbagi menjadi dua jenis, yaitu sakit kepala primer dan sakit kepala sekunder. Sakit kepala primer disebabkan oleh kondisi itu sendiri, sedangkan sakit kepala sekunder disebabkan oleh gangguan kesehatan lain. Kedua jenis sakit kepala ini kemudian dibagi menjadi macam-macam.

Berikut adalah macam-macam sakit kepala yang perlu Anda kenali!

1. Sakit Kepala Tegang

Jenis sakit kepala tegang atau tension headache merupakan sakit kepala primer yang paling umum terjadi.

Sakit kepala ini menyebabkan sensasi tumpul atau seperti ditekan di seluruh kepala. Sensasi sakitnya juga sering digambarkan seperti adanya ikatan kencang di kepala. Selain rasa sakit di kepala, tension headache juga menyebabkan sensitivitas di sekitar leher, dahi, kulit kepala, hingga otot bahu.

Penyebab sakit kepala tegang yang paling umum adalah stres. Beberapa pemicu lain dari jenis sakit kepala tegang adalah dehidrasi, mendengar suara yang bising, kurang olahraga, kurang tidur, telat makan, ketegangan mata, dan postur tubuh yang buruk.

Sakit kepala jenis ini dapat dikategorikan sebagai sakit kepala episodik dan kronis. Sakit kepala episodik terjadi kurang dari 15 hari dalam sebulan selama 3 bulan, sedangkan kronis terjadi lebih dari 15 hari dalam sebulan dan lebih dari 3 bulan.

Cara mengatasi sakit kepala tegang dapat menggunakan obat penghilang rasa sakit seperti Ibuprofen, Paracetamol, atau Aspirin. Apabila yang dialami adalah sakit kepala tegang kronis, sebaiknya konsultasi ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Tension headache juga dapat dicegah dengan tidur yang cukup, memperbaiki postur tubuh, olahraga teratur, dan mengelola stres.

2. Migrain

Migrain sering juga disebut sakit kepala sebelah karena sakit kepala ini lebih sering menimbulkan sensasi berdenyut hebat di satu sisi kepala.

Selain sakit kepala berdenyut, migrain juga menghadirkan gejala lain seperti sensitivitas terhadap cahaya, bau, dan suara, mual, dan muntah. Sebelum gejala migrain muncul, migrain sering kali didahului dengan gangguan visual dan sensoris yang disebut dengan aura. Kondisi ini dapat menimbulkan beberapa gejala seperti melihat lampu berkedip atau berkilauan, garis zigzag, bintik-bintik, sebagian penglihatan hilang, mati rasa, kesemutan, kesulitan bicara, dan lemah otot.

Penyebab migrain tidak diketahui dengan jelas. Seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan migrain memiliki potensi besar mengalami migrain juga. Migrain dapat terjadi berulang dan beberapa pemicunya meliputi stres dan kecemasan, perubahan hormon, gangguan tidur, telah makan, dehidrasi, konsumsi makanan atau obat tertentu, lampu terang, dan suara yang sangat keras.

Migrain ringan dapat diatasi dengan obat penghilang nyeri yang dijual bebas. Apabila obat tersebut tidak membantu, dokter mungkin akan meresepkan Triptan, obat yang dapat mengurangi peradangan dan mengubah aliran darah di otak. Selain itu, terdapat juga beberapa jenis obat yang dapat mencegah migrain seperti Propranolol, Metoprolol, Topiramate, dan Amitriptyline. Penggunaan obat pencegah migrain jarang dilakukan dan biasanya hanya sekitar 3-13% penderita migrain yang menggunakannya. Pencegahan dapat juga dilakukan dengan menghindari pemicu migrain dan menerapkan pola hidup sehat.

3. Sakit Kepala Cluster

Sakit kepala cluster ditandai dengan rasa terbakar yang hebat dan menusuk.

Jenis sakit kepala cluster termasuk sakit kepala primer. Sakit kepala ini biasanya terjadi di sekitar atau di belakang mata, dan rasa sakitnya dapat muncul pada salah satu atau kedua sisi wajah. Sakit kepala cluster juga ditandai dengan bengkak di sekitar mata, berkeringat, kemerahan pada mata, dan hidung serta mata yang berair.

Serangan sakit kepala cluster dapat terjadi selama 15 menit hingga 3 jam, dengan seseorang dapat mengalami serangan hingga 8 kali sehari. Sakit kepala cluster biasanya terjadi selama satu hingga empat hari, terkadang berulang dalam satu periode waktu yang sama yang disebut dengan cluster. Terapi oksigen, sumatriptan, anestesi lokal, verapamil, melatonin, steroid, topiramate, dan lithium merupakan beberapa terapi yang direkomendasikan untuk mengatasi sakit kepala cluster. Dalam kasus yang sulit diatasi, dokter juga dapat menyarankan tindakan operasi. Sakit kepala cluster lebih umum menyerang pria dibandingkan dengan wanita.

4. Sakit Kepala akibat Sinus atau Alergi

Sakit kepala akibat sinus dan alergi sering kali memiliki gejala yang mirip.

Sakit kepala sinus disebabkan oleh pembengkakan pada sinus yang bisa disebabkan oleh infeksi atau alergi. Gejalanya meliputi nyeri tumpul, nyeri di sekitar mata, pipi, dan dahi yang memburuk ketika bergerak, nyeri yang menyebar ke gigi dan rahang, mata dan hidung berair, serta hidung tersumbat. Obat dekongestan, antibiotik, dan antihistamin bisa digunakan untuk mengobati sakit kepala sinus berdasarkan penyebab dan tingkat keparahannya.

Sakit kepala akibat alergi juga memiliki gejala yang mirip dengan sakit kepala sinus. Pengobatannya tergantung pada penyebab dan tingkat keparahannya.

5. Sakit Kepala saat Beraktivitas Fisik

Sakit kepala saat beraktivitas fisik terjadi setelah melakukan aktivitas fisik yang intens atau berat.

Aktivitas fisik yang berat dan terus-menerus meningkatkan aliran darah ke tengkorak dan menyebabkan sakit kepala. Beberapa aktivitas yang bisa menyebabkan sakit kepala ini adalah angkat besi, berlari, melompat, hubungan seksual, dan serangan batuk yang berat. Sakit kepala ini umumnya singkat, namun dalam beberapa kasus bisa bertahan hingga 2 hari. Obat penghilang nyeri seperti Aspirin atau Ibuprofen bisa digunakan untuk meredakan sakit kepala saat beraktivitas fisik.

6. Sakit Kepala Hypnic

Sakit kepala hypnic adalah kondisi langka.

Umumnya sakit kepala ini menyerang orang pada usia awal 50 tahun, namun dapat terjadi juga pada usia yang lebih muda. Sakit kepala hypnic muncul saat tidur dan membangunkan. Sensasinya berdenyut di kedua sisi kepala dan bisa bertahan hingga 3 jam. Sakit kepala hypnic juga bisa disertai dengan mual dan sensitivitas terhadap cahaya dan suara. Pengobatan sakit kepala hypnic meliputi kafein, indometasin, melatonin, dan lithium.

7. Sakit Kepala akibat Penggunaan Obat

Sakit kepala akibat penggunaan obat disebut juga rebound headache. Obat penghilang rasa sakit yang sering digunakan adalah penyebab utama kondisi ini.

Jenis sakit kepala ini termasuk sakit kepala sekunder yang umum. Sakit kepala akibat penggunaan obat memiliki sensasi yang mirip dengan sakit kepala tegang atau migrain. Penggunaan obat-obatan penghilang nyeri seperti Paracetamol, Ibuprofen, dan Aspirin lebih dari 15 hari dalam sebulan bisa memicu kondisi ini. Cara mengatasi sakit kepala ini adalah dengan menghindari penggunaan obat-obatan penghilang nyeri tersebut.

8. Sakit Kepala akibat Kafein

Konsumsi kafein berlebihan dapat menyebabkan sakit kepala karena memengaruhi aliran darah ke otak.

Orang yang sering mengalami migrain memiliki risiko lebih tinggi mengalami sakit kepala setelah konsumsi kafein. Berhenti mengonsumsi kafein secara tiba-tiba juga bisa menyebabkan sakit kepala. Gejala sakit kepala akibat kafein termasuk kelelahan, sulit berkonsentrasi, perubahan suasana hati, dan mual. Beberapa cara untuk mengatasi sakit kepala tersebut adalah dengan mengonsumsi air putih, makanan mengandung gula yang banyak, atau obat analgesik jika diperlukan. Sakit kepala akibat kafein dapat dicegah dengan mengatur asupan kafein yang sehat.

9. Sakit Kepala akibat Cedera

Sakit kepala akibat cedera atau post-traumatic headache terjadi setelah mengalami cedera pada kepala.

Sakit kepala ini dapat bervariasi dari jenis sakit kepala tegang hingga migrain dan dapat bertahan selama 6 hingga 12 bulan. Pengobatan yang direkomendasikan untuk mengatasi sakit kepala akibat cedera adalah Triptan, sumatriptan, beta-blocker, dan amitriptyline. Apabila cedera kepala serius, penanganan segera diperlukan. Gejala cedera kepala serius termasuk pingsan, kejang, muntah, hilang ingatan, kebingungan, dan masalah penglihatan atau pendengaran.

10. Sakit Kepala Hormon

Sakit kepala hormon lebih sering terjadi pada wanita karena fluktuasi hormon yang mereka alami.

Beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi kadar estrogen pada wanita adalah menstruasi, penggunaan pil KB, kehamilan, dan menopause. Wanita yang memiliki riwayat migrain memiliki risiko lebih tinggi mengalami sakit kepala hormon. Penggunaan analgesik, baik yang dijual bebas maupun dengan resep, bisa membantu mengatasi kondisi ini.

11. Sakit Kepala Hipertensi

Tekanan darah tinggi jarang menimbulkan gejala, tetapi jika sakit kepala terjadi, artinya tekanan darah Anda sudah sangat tinggi.

Sakit kepala akibat tekanan darah tinggi biasanya muncul di kedua sisi kepala dan bisa memburuk saat beraktivitas. Gejala lain yang mungkin muncul adalah gangguan penglihatan, mati rasa atau kesemutan, mimisan, nyeri dada, dan sesak napas. Obat penurun tekanan darah diperlukan untuk mengatasi sakit kepala ini, dan pengelolaan tekanan darah yang stabil adalah cara terbaik untuk mencegah sakit kepala jenis ini.

12. Sakit Kepala akibat Alkohol

Konsumsi alkohol berlebihan dapat menyebabkan sakit kepala di pagi hari berikutnya yang disebut hangover headache.

Sakit kepala ini sering disertai dengan gejala lain seperti mual dan sensitivitas terhadap cahaya. Sensasi sakit kepala akibat alkohol berlebihan bisa mirip dengan migrain, namun muncul di kedua sisi kepala. Gejala ini umumnya akan hilang dalam waktu 72 jam. Minum banyak air dan makan makanan yang mengandung gula dapat membantu mengurangi gejala. Obat analgesik yang dijual bebas juga bisa digunakan jika diperlukan. Sakit kepala jenis ini dapat dicegah dengan mengatur konsumsi alkohol dengan bijak.

Referensi

  1. Gill, Stephen. 2018. What different types of headaches are there?. https://www.medicalnewstoday.com/articles/320767.php#when-to-see-a-doctor. Diakses 31 Januari 2020.
  2. Watson, Kathryn. 2017. 10 Types of Headaches and How to Treat Them. (Diakses 31 Januari 2020).

About The Author

Bahaya Mencabut Bulu Hidung (Ringan hingga Berat)

6 Cara Menetralkan Wajah Sebelum Coba Skincare Baru